memikirkan sebuah pemikiran yang tidak pantas dipikirkan?

this was a draft.

hai. halo. posting ini punya beberapa inti. inti pertama, ini sekaligus jadi pernyataan (biar agak resmi dan terhormat dikit) kalau blog ini bakal vakum untuk sementara waktu. aku ga bisa prediksi sampai kapan vakumnya. mungkin tiga jam lagi aku bakal nge post. pokoknya aku bakal posting kapanpun aku sempat, karena keliatannya ga akan pernah sempat lagilah makanya tercipta pernyataan vakum.

yah, aku vakum dulu, my lovely imaginary reader.

itu inti dari semuanya. buat yang ter klik link kesini silahkan close tab, karena ga terlalu aku sarankan untuk dibaca.




cuma semacam...ekspresi...dari..







udah? ga ada yang scroll lagi kan?


hai. yah. ini hai lagi. kita berbicara sekarang. kali ini ada waktu kosong. aku rasanya pengen sujud syukur karenanya. aku memutuskan untuk ngepost bentar. but it's already ten. bukan waktu kondusif orang orang buat baca blog. blog seorang siswi. siswi kelas 12. kelas 12 yang kacau. kacau yang balau.

capek. iya. asli. secara fisik aku mengecil. secara nafsu (makan) aku membuas. secara penampilan aku memuntahkan. dari kepala sampe ujung kaki. rambut rontok, muka jerawatan (dan bingungnya leher juga ikutan jerawatan), dan badan, yah, mengecil. shit. shit. shit. ga sanggup rasanya ngurus tubuh sendiri. tanya kenapa. eh, jangan.

dan, mengenai posting yang bertaju 'memikirkan sebuah pemikiran yang tidak pantas dipikirkan', itu...seperti yang aku bilang. ini awalnya adalah sebuah draft. sekitar berhari lalu lamanya. ini membuat kita beralih sedikit ke keluhan jiwa yang aku (Dan mungkin yang lain alami) sekarang. dimana kita harus prepare "nanti kuliah gini gini gini..", "kalau kuliah belajarnya bakal bla bla, hidup kau bakal bla bla"

and i'm still stuck here. 

setelah kembali menjadi single fighter, which means aku harus melanglang buana untuk sharing tentang fire in the brain, karena aku ga punya teman cerita yang mutlak. entah kenapa tanpa kesengajaan,  aku meminta pendapat sama orang orang yang aku ga pernah cerita pada mereka sebelumnya. bukan untuk satu, dua, tapi tiga kelebihan (?), maksudnya beberapa orang. aku minta saran sama mereka. dan mungkin karena faktor ga kenal kenal amat sama aku (secara emosional *apa-apaan), mereka ya ngasih saran apa adanya. super apa adanya. yang membuatku tertohok, sebenarnya.

beberapa teman menyalahkan mindset aku, fikiran aku, dijelaskan dengan panjang lebar. lain lagi seorang kakak yang langsung to the point "jangan mikir yang aneh aneh", bahkan ada seorang teman yang hanya berkata "selaaw". sementara untuk teman-teman terdekat aku juga udah pada marahin aku, marahin aku yang panikan, yang emosional meledak ledak, tak terkendali, susah tidur. binder aku dihalaman depannya udah ada tulisan dari mereka. nyuruh kuatin mental, positive thinking, dan intinya semua saran demi hidup lebih baik dikemudian hari, jelasnya 'hidup lebih baik nanti saat kuliah'.

tunggu tunggu.

" semua saran demi hidup lebih baik dikemudian hari. "

tandanya, aku yang sekarang, dengan aku yang seperti ini, dengan yang udah aku bangun 16 tahun lamanya, dengan segala masalah yang membangun aku, segala pengalaman, hikmah, lelucon,
gak akan bisa untuk menghadapi dunia didepan nanti, setidaknya 'dengan baik'.

mereka menyuruh aku stop overthinking, tapi berujung dengan posting ini. kenapa sih aku harus stop overthinking? oke, biar aku lebih baik. tapi kalian tau, untuk ngubah itu, mungkin rasanya agak sama kayak ganti golongan darah. kalau bisa aku atur, aku pengen mikirin apa, mungkin semua bakal mudah. tapi, yagitu. semua udah tertanam, pedih sedih aneh berat rasanya untuk merubah diri, 

karena sebenarnya, (sepertinya) terlalu banyak hal yang harus aku ubah dari diri aku. tapi disisi lain aku sadar, kalau aku ubah semua hal itu, ga akan lagi tersisa 'fani yang sekarang'. fani yang sudah kalian kenal sebelumnya.

aku sadar, fani yang sekarang adalah seorang yang over. over dalam segala hal. aku bisa terlalu senang, ketawa keras keras, terlalu sedih, nangis sejadijadinya, terlalu sial, terlalu beruntung, terlalu bikin malu, terlalu ambisius, terlalu fanatik, terlalu kurus, 

dan yah, terlalu berfikir. 

tapi, setidaknya selama 2 tahun terakhir aku sekolah, kelas 10 dan 11, semua fine fine aja. tanpa sifat aku yang over, aku ga akan punya blog. secara kasar, semua cerita cerita aku di blog adalah hasil dari over thinking aku. coba, ngapain sih mikirin alasan alasan orang sedih? ngapain sih mikirin kenapa owl terkenal? 

begitu lucu rasanya saat kelas 10 dan 11, my overthinking was okay. but now, kelas 12, it isn't.

terlalu beruntun. terlalu tiba tiba. aku tersentak. aku pengen berubah sebenarnya, sumpah. apalagi dikarenakan banyak juga masalah karena itu. tapi, ada aja pembelaan semacam saat aku dibilang over thinking tentang pemikiran aku, aku gak merasa bahwa memikirkan itu adalah sesuatu yang over. misalnya gimana ya, sebuah masakan itu over cooked. karena dia terlalu besar apinya. tapi aku enggak. aku ngerasa, aku hidupin api dalam kadar yang normal, tapi masakan aku gosong. aku tidak susah payah untuk overthinking. aku rasa semua pemikiran aku adalah normal. tapi ternyata over thinking...

yah, back to garis normal. garis normal.

maybe i'm just too immature, too naive, makasih buat teman teman yang udah cemas dan menyadarkan aku bahwa aku harus dewasa dan bijak, biar nanti bisa sukses di hari depan. sama, aku juga cemas.

sekianlah. sebenarnya aku udah ga mau posting kayak gini. menurut aku posting kayak gini cuma "posting yang tidak layak untuk dibaca banyak orang". gak 'publish-able'. aku juga sebenarnya mau posting tutorial, posting hal yang 'publish-able'. cuma......gak ada waktu. makanya terciptalah penyataan vakum diatas.

ah, cah cah aja.

untuk menutupi posting ini. aku mau ngutip penggalan puisi aku dari http://words-farohalfani.blogspot.com ,jangan lupa mampir yah.

Ayah, Ibu, apa aku terlalu keras?
Sampai kapanpun, dari kapanpun,
tak pernah ku mengerti.
Dengan apa hidup pantas disikapi.
-2 September 2013, Keras

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

don't judge me if you don't know me