Ibu yang Tidak Ideal

Ibu, siapa sih ibu yang tidak ingin yang terbaik untuk anaknya?


Ketika hamil, aku berusaha yang terbaik. Secara berkala infus zat besi/ferritin, untuk kecerdasan bayi, katanya. Jalan kaki pagi-pagi. Tidur miring ke kiri. Memang ada silap sana-sini, tapi itu urusan pribadi. Ada anak dalam perutku, tapi aku tetap satu. Hanya ada aku, dan tingkah lakuku.

 

Ternyata sudah tidak bisa begitu ketika bayi sudah lahir. Dia, adalah individu utuh. Baru. Terpisah dari ibu. Sendiri. Mau digendong sampai pagi juga, dia tidak lagi melekat di organ tubuhku. Namun prinsipnya masih sama. Masih ingin melakukan yang terbaik. Masih ingin jadi yang terbaik.

 

Secara teori, semua sudah jelas. Yang mana yang paling ideal dan yang tidak ideal (boleh, tidak dianjurkan, dan tidak boleh). Semua ditelan sambil manggut-manggut. Baik, akan kulakukan semua yang paling ideal.

 

Sudah hampir 7 bulan aku menjadi ibu. Banyak hal tidak ideal yang aku lakukan,  tapi sekarang ini adalah puncaknya. Aku, terpukul, sebenarnya.


Terkait menyusui, yang paling ideal adalah DBF (direct breastfeeding / nenen langsung ke ibu). Aku jelas tidak bisa full DBF karena aku bekerja. Yang paling ideal untuk ibu bekerja adalah menggunakan ASI Perah ketika ibu di kantor, dan DBF ketika ibu di rumah. Aku berhasil melakukan itu hingga bulan ke-lima. Tapi, mimpi buruk semua ibu yang menggunakan dot untuk memberikan ASI Perah akhirnya terjadi, yaitu bingung puting.


Rayyan bingung puting. Dia mulai menolak DBF. Aku patah hati. Kadang masih bisa aku paksakan, tapi dengan cara aku gendong sambil menyusui. Berat badannya 7kg, sungguh tubuhku yang semakin menyusut ini tidak bisa melakukan itu lama-lama. Setiap kali pertengkaran aku dan Rayyan ketika aku mengusahakan DBF membuat aku frustasi. Namun, ketika aku tanyakan kepada sejumlah dokter/bidan, jawabannya tetap sama : harus usahakan DBF.


Sebenarnya ada pilihan kedua, yaitu Exclusive Pumping, yang modern kini disebut ibu Eping. Menjadi Eping, adalah ketakutanku juga. Karena aku tidak menyukai aktifitas pumping. Bisa gila aku kalau harus maintain pumping per 3 jam, harus disiplin! Gk dlu. Selain itu, aku sangat yakin jika aku sama sekali tidak DBF, PASTI ASI ku seret. Karena ada pengalaman ketika opname 3 hari dan terpisah dengan bayi, ASI ku dikitt banget. Tentu saja ini sangat menakutkan, mengingat aku sangat ingin lulus memberi ASI 2 tahun.


Sebenarnya ada pilihan ketiga, yaitu Relaktasi, yang artinya aku mengajari Rayyan kembali dari awal caranya DBF dan harus meninggalkan dot. INI yang paling ideal mengatasi bingung puting. Tapi, dengan kondisi semua yang jaga Rayyan sudah kadung terbiasa pakai dot, ini tidak bisa jadi pilihan. Aku memberatkan pekerjaan orang lain. Mereka harus terbiasa dengan cara baru, yang jelas-jelas tidak akan se-nyaman dot. Coret saja opsi ini.


Akhirnya, aku mengambil cuti 7 hari untuk jadi gila. Bukan, maksudnya untuk figure out, apa sih pilihan yang terbaik? Memang prosesnya ternyata harus jadi gila dulu. Aku berusaha keras, keras, dan sangat keras agar Rayyan kembali mau DBF. Tapi ternyata gagal. Aku stress. Dalam pelukan suami, aku meminta maaf. Maaf jika nanti tidak bisa memberi ASI selama 2 tahun ke Rayyan. Maaf tidak menjadi ibu yang baik untuk Rayyan. Maaf aku tidak sanggup. Sungguh perasaan yang mengerikan. Aku juga sudah kehabisan energi untuk bertengkar dengan Rayyan. Aku tidak mau melihatnya. Aku menggendongnya sambil menangis dan melihat ke arah lain. Biarkan saja Rayyan dipegang orang lain. Jangan denganku dulu. Aku, tidak sanggup semakin berselimut dalam rasa bersalahku.

 

Baik, itu kejadiannya sudah 2 minggu yang lalu. Sekarang, bagaimana?

 

Akhirnya, jalan ninja yang aku pilih adalah Eping. Sebenarnya aku masih mengusahakan DBF sesekali, dan memang sesekali Rayyan masih mau. Aku manfaatkan momen 'sesekali' itu untuk memicu hormon di otak buat bilang " ini loh ada bayi, yok produksi ASI ". Rayyan biasanya hanya mau DBF sebentar, jadi pasti jumlahnya hanya sedikit. Jadi, bisa aku bilang aku sudah beralih menjadi Eping dengan dot sebagai asupan utamanya untuk memenuhi kebutuhan ASInya. Dan Alhamdulillah, 2 minggu terakhir supply ASIku juga masih baik, walaupun Rayyan jarang DBF dan tanpa aku pumping gila-gilaan. Sejauh ini, all is well.

 

Aku membesarkan hati,

Yasudah, kan sekarang sudah MPASI, kebutuhan ASI semakin berkurang

Yasudah, nanti kalau kondisi udah agak stabil, kita cobain relaktasi

Yasudah, nanti kalau sudah bisa pakai sippy cup, gausah pake dot lagi

Yasudah, yang penting aku waras.

 

Baik, sekarang permasalahannya : bisakah aku terima diriku sebagai ibu yang tidak ideal?

Karena semua masalah ini hanya ada dalam diriku. Rayyan tidak tahu. Rayyan hanya tahu kalau aku adalah ibunya. Satu-satunya ibunya.

Tidak ada label "tidak ideal", "gagal", "mengecewakan"

Aku hanya bisa berdo'a, agar aku dan Rayyan diberi umur panjang. Aku masih akan menjadi ibu di sepanjang hayatku. Semoga aku ada waktu, untuk menebus semua kekurangan dan memperbaiki semua yang (aku anggap) tidak sempurna.

 

Sekian, lanjut part 2... *semoga


Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

don't judge me if you don't know me