Kuliah dan/atau Organisasi?

Jadi...begini kondisinya.

Aku berada di sebuah semester, dimana aku mengambil 10 mata kuliah dan 5 diantaranya berbobot 3 SKS.
Dan semester ini adalah kuliah yang paling tidak becus aku menjalaninya.


Sebenarnya, perasaan-perasaan seperti ini bersifat sementara. Waktu semester 1, “aduh, nilaiku pasti anjlok banget nih.”, kemudian, aku melewatinya. Lanjut semester 2, “wah, ini kuliah paling parah. Aku ngga ngerti apapun. Hancur semua. “ but then, aku melewatinya lagi. Sekarang aku semester ketiga, masih perjalanan yang saaaangat pendek untuk menyelesaikan perkuliahan. Lalu, aku merasakannya lagi, “waduh, kuliahku super ngga becus semester ini.”. apakah aku bisa tenang dan berkata “ah, dua semester lalu merasa ancur tapi bisa kok dilewati. Kenapa yang ini enggak?”.


Oh, of course not. Kali ini mungkin aku bener-bener mikirin ”am i doing the right thing?”. Ya, sebenernya dunia kuliahku dipenuhi dengan bukan kegiatan perkuliahan. Aku mondar mandir di kampus biasanya 71% bukan untuk kuliah. Tapi untuk kegiatan lain. Sok sibuk. Rapat, ngurus ini, ngurus itu, ngenet ngurusin ini, ngenet urusin itu, rapat, dan sebagainya. Kuliah udah jadi nomor delapan. Padahal, apasih tujuan aku merantau jauh-jauh meninggalkan semua keluarga yang sedang kabut asap sekarang?

Kuliah.



Pemandangan langganan : rapat bergengsi seadanya

Ya, benar. Sebenernya #2, aku juga bukan orang yang sudah sepenuhnya apatis tentang perkuliahan. Aku boleh mengakui kalau aku senang dengan perkuliahanku. Jujur, mata kuliahnya menarik. Aku merasa “benar” jurusan, bukan salah jurusan. This is what i’m interested to. Tapi, kenapa aku akhirnya malah memilih untuk lebih fokus ke hal-hal lain? Misalnya, hal-hal yang bersifat keorganisasian dan kepanitiaan?


Manusia. Manusia. Manusia. Adalah susunan substansi ekstra rumit yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Disini aku menemukan bahwa kuliah dan organisasi itu sama serunya. Garis bawahi ini, sama serunya. Aku menikmati berkumpul dan membahas rangkaian acara untuk esok hari sama seperti imajinasiku melayang-layang saat dosenku menjelaskan betapa banyaknya transistor yang ada dalam suatu chip. Dan dua hal ini juga sama ngeboseninnya. Aku bosen bolak-balik nge chat pembicara ngingetin buat dateng dan lain-lain sama seperti aku bosen ngedengerin dosen ngejelasin program. Untuk membuat prioritas antar keduanya, aku gagal. Ya, i’m definitely failed. Dua duanya sama-sama hal yang aku cinta sekaligus aku benci. Lalu, apa yang membedakan mereka berdua?

what kuliah can do to you : hp isinya foto rangkaian temen, slide temen, tugasnya temen

Simple. Mungkin ini agak subjektif, tapi i’m just telling a story about myself. Mungkin bagi kalian berbeda. Tapi, menurutku hal yang benar-benar membedakan mereka berdua adalah, Kuliah itu lebih susah. Bagian mana yang susah? Susahnya adalah kita harus mencapai suatu standar dan peraturan-peraturan yang ditetapkan. susahnya adalah kita harus mengerti akan ilmu yang rumit dengan istilah-istilah yang baru aja didengar setengah sks yang lalu. Kuliah semakin lama semakin rumit. seperti halnya semester ini yang aku diberi 3 sks berbutir-butir yang--asal kalian tahu saja--kalau bobrok di satu matkul saja bisa merusak ip sebelanga. Belum lagi persaingan, perselisihan, tertekan karena yang lain lebih pinter, sedih karena yang lebih pinter ngga mau ngajarin. Tidak terima terhadap sistem : dosen adalah hierarki nomer wahid, presensi yang harus penuh, metode pembelajaran yang cenderung membuat si pintar makin pintar dan si bodoh makin terpuruk, dan lain-lain. Mungkin kalian mengira aku sedang mengeluh, but i’m not. Aku benar-benar malu terhadap kakak-kakak tingkatku kalau semester 3 saja aku sudah mengeluh. Ini bukan ekspresi keluhan atau kemarahan, percayalah. Dan, ya. Aku mengakui, tentu saja di organisasi kita menemukan hal-hal yang serupa. Terikat oleh sistem, harus ini-dan-itu. Tapi, bagiku, hal-hal seperti itu terasa lebih rumit dikegiatan perkuliahan. 

Dan satu lagi, kuliah itu...tanggung jawabnya besar. Mungkin orang tuaku tidak kecewa saat aku kalah lomba vocal group..tapi..betapa beliau kecewanya saat nilaiku tertera huruf-huruf yang tidak diinginkan..

vocal group yang dimaksud

Maka disinilah aku, bertindak sebagai pengecut dan lebih senang mengerjakan hal yang lebih ‘mudah’. aku nggak bilang kalo aku menyesal dengan keputusanku aktif dimana dan membuat beberapa sisi kehidupanku terbengkalai. Nggak. Aku tidak menyesal sama sekali. Aku bersyukur atas kegiatan-kegiatanku yang terus menambah pengalamanku. Tapi, no pain no gain. Harus ada yang dikorbankan. Silahkan kalau tidak mau mengorbankan track record organisasimu dan nilaimu, tapi kamu memang harus kerja super keras dan jangan sampe seperti aku ini, sedikit-sedikit drop dan langganan decolgen. Hal itu bisa, sangat bisa. Banyak memang, yang aktif organisasi juga bagus di akademis. Tapi, sebagian besar memang....yang aktif di akademis tidak terlalu aktif di organisasi dan sebaliknya. Tidak semua manusia mempunyai kesempatan untuk jadi sempurna kan?

an exciting experience : jadi panitia konferensi paper

Aku jadi teringat disuatu hari..aku kebetulan duduk disamping teman sekelasku. Kami mungkin tidak sering bersama-sama, namun aku juga lumayan akrab dengannya. Kami sama-sama berkutat didepan laptop kala itu, disepanjang koridor depan laboratorium. Ia mengintip pekerjaanku. Saat itu, aku sedang mengurusi press release acara yang aku urus beberapa waktu lalu. “[menyebutkan nama organisasiku] memang selalu sibuk ya.” Ujarnya. Aku tertawa. Namun, saat aku berbalik mengintip apa yang ia lakukan dengan laptopnya, ternyata dia sedang mengurus nama-nama mahasiswa dari suatu mata kuliah. Usut punya usut, dia adalah asisten dosen dan juga asisten praktikum. Aku tercenung. Yah...kami sama sama sibuk. Dia mungkin tidak sanggup mengurusi kesibukanku sama seperti aku tidak sanggup mengurusi kesibukannya. Tapi, entahlah...sibuk di akademis kok kerasa lebih advance ya :')) huft...seandainya aku pinter..

#SeandainyaAkuPinter
#SeandainyaAkuPinter
#PastiBisaPinter
#MakanyaBelajar
#MauUTS
#MalahNgeblog

Ciao!!!

Comments

Post a Comment

jangan lupa kasi komen yaa kakaaaa :3

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

don't judge me if you don't know me