Hidup Bukan Ujian

Persetan dengan ujian hidup. 
Toh hidup bukan ujian.


Semakin dewasa, aku semakin sering untuk memikirkan : Dulu aku ngapain sih? Dulu aku gimana sih? Aku benar-benar pengen tracing lagi, gimana ceritanya aku sampai bisa duduk di kost ini, mengetik dan posting sebuah tulisan yang sudah dapat nomor urut ratusan ini. Kenapa ya?

Ketika flashback, banyak detail yang sebenarnya tidak kita ingat. Hanya detail-detail dominan yang istilahnya, "paling berkesan". Paling lucu, paling sedih, paling senang, dan paling-paling lainnya. Jadi, sebenarnya hasilnya akan bias jika kita mereka jejak kita hanya dari ingatan. Manusia memang punya banyak kekurangan.

Ada lagi yang didapatkan dari flashback, selain rasa letap-letup akibat kebodohan-kebodohan di masa lampau. Yaitu perbandingan. Apa yang dilakukan, dan tidak dilakukan, ketika dulu dan sekarang. Dulu aku passionate banget dengan editing video, sekarang semua sudah menguap. Aku sempat senang berkebun, sekarang sudah vakum. Aku sekarang punya gaji, dulu engga (hanya itu kelebihan aku di masa kini).  Perbandingan inilah yang membuat aku merasa aku patut bertanya lagi, kenapa dulu bisa sekarang engga?

Itu dia masalahnya, gaes. Hal yang aku sadari adalah, semakin tua aku, semakin banyak persoalan yang dihadapi, tapi semakin sedikit pilihan yang disediakan. Ilustrasikan sebagai paket ujian. Bayangkan ketika sekolah, kamu dapet 20 soal dengan opsi A-B-C-D. Ketika kuliah, kamu dapet 25 soal dengan opsi A-B-C. Ketika bekerja? Kamu dapet 30 soal dengan opsi A-B.

Lho, bukannya enak ya kalau sedikit opsi? Kan, jadi lebih pasti?

Itu dia. Ternyata, hidup bukan ujian. Sedikit pilihan, belum tentu ada yang benar. Akan ada banyak faktor yang harus campur tangan. Nilai apa yang ingin diperjuangkan. Kadang tidak ada pilihan lain selain satu : Terima. Itu saja. That's what sucks me the most.

Pada akhirnya, banyak trik untuk menghadapi hidup dewasa ini. Ada yang mengurangi 'persoalan' dengan cara bodo amat aja (iya, karena persoalan hidup kita itu berasal dari diri kita sendiri yang menjadikan itu 'soal'. INGAT ITU, FANI). Ada juga yang mengakali 'pilihan'nya. Saya kan, sudah dewasa. Saya bisa memilih apa saja! Yang penting engga masuk penjara. Dan trik lainnya.

Karena hidup bukan ujian, jadi, kamu menghadapinya dengan cara apa?

Selamat hari buruh. Apakah para buruh memilih untuk menjadi buruh?


Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

don't judge me if you don't know me