Hitung Kata Pandemi

We're in the middle of pandemic.
Have it ever crossed your mind?



Kalau kalian nanya aku, jawabanku adalah " belum pernah ". Tapi aku tanya kalian. Pernah nggak sih, kalian terpikir bahwa di tengah hidup penuh kesia-siaan ini, keadaan bisa lebih buruk lagi? Yaitu..

Sia-sia.. di tengah.. pandemi??

Maka, selamat datang di tengah hidup penuh kesia-siaan di tengah pandemi.

Bukan, maksud aku, selamat datang di blogku.

Rasanya kurang garam kalo aku nggak berbicara tentang pandemi ini dulu sebelum cerita tentang topik lain. Sudah 3 bulan kita dihantui oleh ke-pandemi-an ini. Kasus pertama covid-19 di Indonesia yaitu pada tanggal 2 Maret 2020. WHO menetapkan covid-19 sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Sekarang sudah tanggal 2 Juni 2020. Selamat datang bulan Juni.

--------

Bersama dengan tulisan ini, aku juga mencoba merekap timeline bagaimana covid-19 ini mempengaruhi rutinitasku. Pada tanggal 19 Maret, kantorku mulai meminta aku dan beberapa pegawai lain untuk WFH alias Work From Home. Sialnya lagi, sebelum keputusan WFH itu, aku sempet sakit radang nggak sembuh-sembuh dan tidak masuk kantor selama 3 hari (5 hari jika terhitung weekend). Aku nggak masuk kantor sejak tanggal 13 Maret! Jadi, secara timeline, aku 6 hari lebih dulu #dirumahaja daripada kalian-kalian semua.




Enam hari pertama #dirumahaja karena sakit radang. Hari-hari setelahnya meskipun sudah sembuh dari radang aku tetap #dirumahaja karena kebijakan WFH. Dua minggu pertama WFH, aku stress. Tiap malam aku nangis, karena merasa 'kurang bersosialisasi'. Enggak ketemu teman-teman, kerjaan bingung sendiri di kosan, belum lagi parno sendiri " Apa aku positif corona? " . Aku rasa semua orang pasti punya pertanyaan itu di lubuk hati yang paling dalam. Terlebih memang faktanya banyak orang-orang tanpa gejala. Aku benar-benar nggak bisa menikmati kerja dari rumah. Aku lebih senang ketemu teman-teman. Kalo ada apa-apa, bisa langsung samperin orangnya, nggak perlu tunggu dia bales chat WA.

Selain karena nggak ketemu teman-teman, aku nangis di malam hari juga karena sedih melihat berita-berita orang yang sakit. Setiap saat selalu ada berita tentang corona. Belum lagi cuplikan-cuplikan orang yang terabaikan, tidak mendapat perawatan, atau tenaga medis yang terpapar. Aku terpengaruh secara emosional. Sedih, melihat dunia seperti ini. Terlalu banyak yang sakit. Sebelumnya tidak pernah seperti ini.

berusaha gak papa

-------

Rasanya sudah cukup dua minggu aku menyalahkan keadaan. Aku mulai mencoba menerima. Apalagi pada 24 April kita memasuki bulan Ramadhan. Aku fokus untuk mempersiapkan diri untuk latihan beribadah di bulan Ramadhan. Aku mengatasi 2 masalah tadi : Sosialisasi dan Berita Emosional. Masalah berita, aku mulai menghindari membaca/menonton berita tentang corona. Bukan bermaksud apatis, hanya saja hal tersebut dirasa perlu untuk menenangkan jiwa. Masalah sosialisasi, aku berusaha tetap waras dengan banyak beraktifitas dengan teman kosan. Alhamdulillah, masih ada 2 teman yang senasib denganku. Aku bekerja di kosan ditemani Eka dan Vira. Eka merupakan teman satu kantorku namun berbeda unit, sementara Vira adalah seorang auditor di salah satu kantor akuntan publik.

Maka, rutinitas pun terbentuk. Pagi hari, aku dan Eka akan duduk di teras kosan dengan laptop masing-masing. Kami bercerita keluh kesah maupun hal-hal lucu tentang pekerjaan kami. Kadang mengisi waktu dengan menonton video viral atau meme lucu.

Satu hal yang pengen aku tekankan sampai titik ini adalah : Aku sadar aku bukan mencoba menerima, tapi mencoba terbiasa. Aku bukan stress karena pandemi, tapi stress karena rutinitasku yang berubah. Karena proses adaptasi itu hurtful, gaes.


jadi akrab sama syopi

----

Kemudian bulan suci datang. Ramadhan tiba, Ramadhan tiba.

Aku, Eka dan Vira mulai memiliki rutinitas Ramadhan. Ketika sahur bergantian menggunakan dapur, begitu pula ketika berbuka. Biasanya Vira yang masih masak ketika adzan maghrib berkumandang. Setelah berbuka, kami akan sholat maghrib dan leyeh-leyeh sebentar hingga isya. Lalu, kami tarawih berjamaah bertiga. Kadang setelah tarawih kami lanjut ngobrol-ngobrol lagi sambil makan cemilan. Beli jagung manis, olahraga dance KPOP, curhat, semua hal kami lakukan untuk bisa tetap terhibur meski terkurung didalam kosan.

assalamualaikum ukhti

Ramadhan berlalu. Lebaran tiba, lebaran tiba.

Lebaran kali ini menjadi lebaran tersedih seumur hidupku. Ini pertama kalinya aku tidak pulang ke Pekanbaru ketika lebaran. Beberapa hari sebelum lebaran sudah diisi dengan tangisan. Harapanku cuma satu : lebaran segera berakhir, dong! Agar segera lupa dengan luka bahwa hari kemenangan tidak dirayakan dengan keluarga tercinta. Rasanya belum menang. Rasanya masih ada pertempuran yang lebih besar akan menghadang. Benar saja, lebaran memang segera berakhir. Tidak ada libur, semua cuti bersama dipindah ke akhir tahun. Maka, setelah lebaran, langsung bekerja seperti biasa.

bersama teman-teman Eka 

-------

Banyak terminologi menjadi hype sepanjang pandemi ini. Work from home, social distancing, PSBB, new normal, herd immunity, dan lain-lain. Penjelasan ini dan itu bermunculan. Ada yang bilang ini semua konspirasi. Indonesia belum siap untuk new normal. Indonesia memilih untuk herd immunity dan mengorbankan puluhan juta penduduk. Lainnya, dan lainnya. Terlalu banyak yang bisa dijabarkan. Beberapa poin yang menjadi opiniku adalah :

Satu, terlepas dari konspirasi atau bukan, virus ini sudah menumbangkan banyak jiwa. Lebih baik fokus ke penyelesaiannya : vaksin dan protokol kesehatan.

Dua, kita terpaksa New Normal. Terhitung hari ini, aku sudah kembali masuk kantor seperti biasa. Best effort saja. Selain yang mendesak, kurangi aktifitas di keramaian. Pakailah masker dan rajin cuci tangan. Baru berserah diri kepada Allah.

Tiga, pandemi ini mengingatkan kita semua bahwa kematian bisa datang kapan saja. Tidak hanya untuk kita, tapi keluarga kita. Tidak pernah ada kata siap untuk menerima kematian. Tapi kita bisa bersiap-siap.

[Bintang] Opick

Bila waktu tlah memanggil. Teman sejati hanyalah amal.

Empat, jangan lupa berdo'a " Ya Allah, angkatlah wabah corona ini" minimal 5 kali sehari, yaitu setelah sholat wajib.

--------

Aku rasa sampai disini dulu tulisan tentang pandemi ini. Sepertinya akan ada lanjutan dari tulisan ini. Sejauh ini aku mengulas bagaimana efek pandemi ini di kehidupanku. Nah, sebenarnya, yang pengen aku tulis itu efek pandemi di kehidupan masyarakat! Laah makin kesini malah cerita pribadi. Dasar aku.

Semoga kalian suka dengan tulisan ini, jangan lupa like, comment dan subscribe! Bukan, bukan. Ini bukan channel youtube. Tapi, dukunganmu sangat berarti agar aku semangat menulis lagi!

Terimakasih sudah membaca.

Comments

  1. Permisi kak, mau tanya soal pandemi. Kita dianjurkan untuk menerapkan social distancing. Nah, mana yang lebih jauh, antartika dan antarkita?

    ReplyDelete

Post a Comment

jangan lupa kasi komen yaa kakaaaa :3

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

don't judge me if you don't know me