Kenapa Aku Tidak Mau Keliling Dunia

Hai, akhirnya blog ini dihidupkan lagi. Sayang banget. Domain udah dibayar tiap tahun. Mari kita manfaatkan.

Rencananya blog aku hidupkan lagi untuk menuangkan opini-opini yang kayaknya ga butuh dibaca orang rame. Kurang menarik. Kadang eksplisit. 
Singkat cerita, cuma uneg-uneg.


Sambil menunggu perjalanan di busway, aku akan nulis tanggapan tentang tulisan di instagram @annisast, tentang jalan-jalan keluar dunia itu adalah sebuah privilege. Gak perlu pikir keras untuk setuju. Tapi ternyata, banyak uga yang gak setuju wkwkwk.

Luar biasa, ternyata memang ada yang menganggap liburan ke LN itu wajar aja. 

Bagi aku, liburan ke LN itu.. tidak ada motivasi lain selain iri. Iri ngeliat temen-temen punya foto yang bagus, tempat yang indah, pengalaman yang seru. Aku mau juga.

Sempat akhirnya aku punya mimpi ingin ke suatu negara. Sebuah mimpi yang dibuat-buat. Agar aku punya urge lebih tinggi buat mau ke LN. 
Seperti orang-orang.

Ternyata, tentu saja. Tidak akan terasa seperti motivasi yang besar. Hanya.. angan-angan belaka.

Sampai kemudian aku belajar tentang hal-hal lain. Ada beberapa hal yang sekarang jadi concern utama, yaitu halal lifestyle dan minimalist lifestyle.

Semakin belajar, akhirnya aku bilang ke suami " Aku tidak mau keliling dunia. Tidak perlu. Untuk apa? " 

1. Pusing Cari Tempat Makan dan Tempat Sholat
Membayangkan.. sulitnya cari makanan yang halal. Belum lagi kalau liburan itu pasti padat dengan agenda, susah cari tempat sholat. 

Sebenarnya aku yakin, pasti bisa. Pasti ada makanan. Pasti ada tempat sholat. Tapi, sudah enggan mikir repot mencarinya aja.

2. Mahal
Ya, ini tidak diragukan lagi. Apalagi sekarang udah ga mungkin bayar untuk diri sendiri, tapi untuk sekeluarga. Liburan domestik aja kerasa berat gaes wkwk

3. Lebih banyak mudhorotnya
Apa yang dicari? Pengalaman. Betul. Itu value terbesar dari liburan ke LN. Semakin menarik dan unik destinasinya, semakin berkesan. Tapi.. 
Alasan no 1 dan 2 terasa lebih berisiko. Sementara aku juga adalah orang yang tidak muluk-muluk. Mudah terkesan. Kalau kata suami, aku itu norak

Jadi, tidak perlu lah ke tempat yang luar biasa untuk membuatku terkesan. I can be impressed at the simplest things.

===
Bagiku, engga ada istilah "puas-puasin". 
Puas-puasin liburan, mumpung masih single. Puas-puasin main, mumpung masih muda.
Tidak. Karena kalau begitu, tidak akan ada puasnya.

Aku akan bilang ke diriku, aku sudah puas.

Aku pernah ke LN, hanya ke Malaysia dan Singapur. Aku sudah puas.

Aku sudah pernah nonton banyak konser pas kuliah. Aku sudah puas.

Pikiran itu, membuatku tidak merasa rugi atas keputusan-keputusan yang sekiranya (nampak) membatasi diri.

Ya, tidak perlu muluk-muluk. Hidup itu hanya sementara, dan tidak masalah untuk 'secukupnya'. 

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal